Ateisme

Ateisme (bentuk adjektival ateis) adalah sebuah pandangan filosofi yang menolak percaya atau tidak meyakini adanya keberadaan Tuhan dan dewa-dewi [1] ataupun penolakan terhadap teisme yang disertai dengan klaim.[2][3] Dalam pengertian yang paling luas, ia adalah penolak keyakinan atau menegasi kepercayaan bahwa tidak adanya keberadaan dewa atau Tuhan.[4][5]

Penulis Prancis abad ke-18, Baron d'Holbach adalah salah seorang pertama yang menyebut dirinya ateis. Dalam buku Système de la Nature (1770), ia melukiskan jagad raya dalam pengertian materialisme filsafat, determinisme yang sempit, dan ateisme. Buku ini dan bukunya Common Sense (1772) dikutuk oleh Parlemen Paris, dan salinan-salinannya dibakar di depan umum.

Istilah ateisme berasal dari bahasa Yunani ἄθεος (átheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke-18. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3% populasi dunia mengaku sebagai ateis, manakala 11,9% mengaku sebagai nonteis.[6] Sekitar 65% penduduk Jepang mengaku sebagai ateis, agnostik, ataupun orang yang tidak beragama; dan sekitar 48%-nya di Rusia.[7] Persentase komunitas tersebut di Uni Eropa berkisar antara 6% (Italia) sampai dengan 85% (Swedia).[7]

Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen dengan dasar filosofis, sosial, atau sejarah.

Pada kebudayaan Barat, ateis sering kali diasumsikan sebagai tidak beragama (ireligius).[8] Beberapa aliran Agama Buddha tidak pernah menyebutkan istilah 'Tuhan' dalam berbagai upacara ritual, tetapi dalam Agama Buddha konsep ketuhanan yang dimaksud mempergunakan istilah Nirwana.[9] Karenanya agama ini sering disebut agama ateistik.[10] Walaupun banyak dari yang mendefinisikan dirinya sebagai ateis cenderung kepada filosofi sekuler seperti humanisme,[11] rasionalisme, dan naturalisme,[12] tidak ada ideologi atau perilaku spesifik yang dijunjung oleh semua ateis.[13]

  1. ^ Rowe, William L. (1998). "Atheism". Dalam Edward Craig. Routledge Encyclopedia of Philosophy. 
  2. ^ Nielsen, Kai (2009). "Atheism". Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 2007-04-28.  "Atheism, in general, the critique and denial of metaphysical beliefs in God or spiritual beings.... a more adequate characterization of atheism consists in the more complex claim that to be an atheist is to be someone who rejects belief in God for [reasons that depend] on how God is being conceived."
  3. ^ Edwards, Paul (1967). "Atheism". The Encyclopedia of Philosophy. Vol. 1. Collier-MacMillan. hlm. 175. On our definition, an 'atheist' is a person who rejects belief in God, regardless of whether or not his reason for the rejection is the claim that 'God exists' expresses a false proposition. People frequently adopt an attitude of rejection toward a position for reasons other than that it is a false proposition. It is common among contemporary philosophers, and indeed it was not uncommon in earlier centuries, to reject positions on the ground that they are meaningless. Sometimes, too, a theory is rejected on such grounds as that it is sterile or redundant or capricious, and there are many other considerations which in certain contexts are generally agreed to constitute good grounds for rejecting an assertion. 
  4. ^ Artikel pendek religioustolerance.org pada Definitions of the term "Atheism" menyatakan bahwa tidak ada konsensus mengenai definisi istilah ateisme. Simon Blackburn pada The Oxford Dictionary of Philosophy: "Atheism. Either the lack of belief in a god, or the belief that there is none".
  5. ^ Runes, Dagobert D.(editor) (1942 edition). Dictionary of Philosophy. New Jersey: Littlefield, Adams & Co. Philosophical Library. ISBN 0064634612. Diakses tanggal 2010-02-01. (a) the belief that there is no God; (b) Some philosophers have been called "atheistic" because they have not held to a belief in a personal God. Atheism in this sense means "not theistic". The former meaning of the term is a literal rendering. The latter meaning is a less rigorous use of the term though widely current in the history of thought 
  6. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Britannica demographics
  7. ^ a b Zuckerman, Phil. "Atheism: Contemporary Rates and Patterns" Diarsipkan 2009-08-22 di Wayback Machine., The Cambridge Companion to Atheism, ed. by Michael Martin, Cambridge University Press: Cambridge, 2005.
  8. ^ Cline, Austin (2005). "Buddhism and Atheism". about.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-17. Diakses tanggal 2006-10-21. 
  9. ^ "Ceramah Bhikkhu Uttamo - Ketuhanan dalam agama Buddha". Samaggi Phala. Diakses tanggal 2010-08-18. [pranala nonaktif permanen]
  10. ^ Kedar, Nath Tiwari (1997). Comparative Religion. Motilal Banarsidass. hlm. hal. 50. ISBN 81-208-0293-4. 
  11. ^ Honderich, Ted (Ed.) (1995). "Humanism". The Oxford Companion to Philosophy. Oxford University Press. p 376. ISBN 0-19-866132-0.
  12. ^ Fales, Evan. "Naturalism and Physicalism", in Martin 2007, hlm. 122–131.
  13. ^ Baggini 2003, hlm. 3–4.

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Nelliwinne