Bahasa Sunda Banyumas
Badéolan | |||||
---|---|---|---|---|---|
Pengucapan | badɛjɔlan | ||||
Wilayah | Kabupaten Banyumas | ||||
Kepunahan | 1980-an | ||||
| |||||
Kode bahasa | |||||
ISO 639-3 | – | ||||
Glottolog | Tidak ada | ||||
| |||||
Lokasi penuturan | |||||
Situasi linguistik di wilayah Keresidenan Banyumas pada tahun 1882 dengan legenda sebagai berikut.
Area penutur bahasa Sunda
Area peralihan atau percampuran bahasa Sunda dengan bahasa lain
Area bahasa lain | |||||
Portal Bahasa | |||||
Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas adalah salah satu jenis bahasa Sunda yang telah punah dan pernah dituturkan oleh masyarakat setempat.[3] Bukti penggunaannya dapat dilacak dari toponimi yang terdapat pada nama-nama tempat yang merefleksikan bahasa Sunda dan hingga sekarang masih digunakan di wilayah Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.[4] Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas memiliki beberapa keunikannya tersendiri, seperti penggunaan beberapa kata arkais yang sudah tidak lazim digunakan dalam bahasa Sunda standar, contohnya pineuh (tidur) dan téoh (bawah).[5]
Meskipun secara keseluruhan penggunaan bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas dapat dikatakan sudah punah, tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Sobarna, Gunardi, dan Wahya pada tahun 2018, di beberapa daerah seperti Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, beberapa warga di sana dikatakan masih menggunakan bahasa Sunda, meskipun penuturnya sudah sangat menyusut, yaitu sekitar 1-2 orang saja.[6]