"Pandangan" oleh Enam Samaṇa dalam Tripitaka Pali (berdasarkan Sāmaññaphala Sutta1) |
|
Samaṇa | pandangan (diṭṭhi)1 |
Pūraṇa Kassapa | Amoralitas: menolak segala akibat dari perbuatan baik maupun buruk. |
Makkhali Gosāla | Fatalisme: kami tidak berdaya; penderitaan itu telah ditakdirkan. |
Ajita Kesakambalī | Materialisme: dengan kematian, segalanya musnah. |
Pakudha Kaccāyana | Keabadian: Penderitaan, kesenangan, kesakitan, dan diri/roh adalah abadi dan tidak saling berinteraksi. |
Nigaṇṭha Nātaputta | Pengendalian diri: terberkati dengannya, dibersihkan olehnya, dan diliputi dengan menghindari segala bentuk kejahatan.2 |
Sañjaya Belaṭṭhaputta | Agnostisisme: "Saya tidak berpikir begitu. Saya tidak berpikir demikian pula atau sebaliknya. Saya tidak berpikir tidak atau bukan-tidak." |
Catatan: | 1. DN 2 (Thanissaro, 1997; Walshe, 1995, pp. 91-109). 2. DN-a (Ñāṇamoli & Bodhi, 1995, pp. 1258-59, n. 585). |
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
![]() ![]() |
Enam Guru Sesat, Enam Kesesatan, Enam Śramaṇa, Enam Tirthika adalah enam pendiri agama sektarian (titthakara) sezaman Buddha Gotama yang masing-masing mempunyai pandangan yang bertentangan dengan ajaran Buddha.[1][2] Selain Nigantha Nātaputta atau Mahāvīra, Tirthankara agama Jainisme ke-24, lima guru sesat lainnya dianggap sebagai penganut beberapa atau bentuk pandangan yang menyatakan bahwa perbuatan baik atau buruk tidak signifikan (akiriyavāda).[3]
Dari sudut pandang tradisi Buddhisme, enam guru sesat dikalahkan oleh Buddha dalam kontes perdebatan penuh mukjizat yang dikenal dengan "Mukjizat di Savatthi".
Enam guru sesat dan pandangan mereka terhadap filsafat India dijelaskan secara rinci dalam Samaññaphala Sutta dari Digha Nikaya dalam Tipitaka Pali.[4]