Nama dalam bahasa asli | (ms) Halimah Binti Yacob / حاليمه بنت يا (zh) 哈莉玛·雅各布 (ta) ஹலிமா பின்தி யாகொப் |
---|---|
Biografi | |
Kelahiran | 23 Agustus 1954 (69 tahun) Singapura |
8 Presiden Singapura | |
14 September 2017 – 13 September 2023 ← Tony Tan Keng Yam – Tharman Shanmugaratnam → | |
Member of the Parliament of Singapore | |
11 September 2015 – 7 Agustus 2017 Daerah pemilihan: Marsiling-Yew Tee Group Representation Constituency | |
9 Speaker of the Parliament of Singapore | |
14 Januari 2013 – 7 Agustus 2017 ← Michael Plamer – Tan Chuan-Jin → | |
Member of the Parliament of Singapore | |
3 November 2001 – 24 Agustus 2015 Daerah pemilihan: Jurong Group Representation Constituency | |
Data pribadi | |
Agama | Islam |
Pendidikan | Tanjong Katong Girls' School Universitas Nasional Singapura Singapore Chinese Girls' School |
Kegiatan | |
Pekerjaan | politikus |
Bekerja di | Universitas Nasional Singapura |
Partai politik | Partai Tindakan Rakyat (2001–2017) |
Keluarga | |
Pasangan nikah | Mohammed Abdullah Alhabshee |
Situs web | istana.gov.sg |
Halimah binti Yacob (Jawi: حليمة بنت يعقوب; lahir 23 Agustus 1954) adalah seorang politikus Singapura[1] dan mantan Presiden Singapura. Memulai karier politik sebagai seorang anggota partai pemerintah Partai Aksi Rakyat (PAP), dia menjabat sebagai Ketua Parlemen Singapura ke-9,[2] dari Januari 2013 hingga Agustus 2017. Ia adalah wanita pertama yang menduduki posisi ini dalam sejarah Republik Singapura. Ia adalah orang ketiga yang menjadi Ketua Parlemen dari ras minoritas secara berturut-turut, setelah Abdullah Tarmugi dan Michael Palmer.[3] Dia adalah Anggota Parlemen mewakili Perwakilan Konstituensi Kelompok Jurong antara 2001 dan 2015, dan Perwakilan Konstituensi Kelompok Marsiling-Yew Tee antara 2015 dan 2017.
Pada 7 Agustus 2017, dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua dan anggota dan dari keanggotaannya di PAP untuk maju sebagai kandidat dalam Pemilihan Presiden Singapura 2017.[4] Pada tanggal 13 September 2017, Yacob dinyatakan sebagai Presiden terpilih melalui sebuah pemilihan walkover, karena tidak ada calon presiden lainnya yang dikeluarkan Sertifikat Kelayakan.[5][6] Dia dilantik keesokan harinya,[7] menjadi presiden wanita pertama dalam sejarah negara ini.[8]