Airlangga | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa | |||||||||
![]() Arca perwujudan Airlangga sebagai Dewa Wisnu mengendarai Garuda. Koleksi Museum Trowulan, Jawa Timur. | |||||||||
Raja Medang-Kahuripan | |||||||||
Berkuasa | 1019 – 1046 | ||||||||
Pendahulu | Dharmawangsa Teguh | ||||||||
Penerus |
| ||||||||
Kelahiran | 990[butuh rujukan] Pulau Bali | ||||||||
Kematian | 1049 Candi Belahan[butuh rujukan] | ||||||||
Pemakaman | |||||||||
Keturunan (dan lain-lain) | |||||||||
| |||||||||
Dinasti | Isyana | ||||||||
Ayah | Udayana | ||||||||
Ibu | Mahendradatta | ||||||||
Agama | Hindu Waisnawa |
Airlangga (Bali, 990 – Petirtaan Belahan, 1049) sering ditulis dengan Erlangga adalah pendiri kerajaan Kahuripan, Panjalu dan Janggala yang memerintah pada sekitar tahun (1019–1046). Airlangga naik takhta dengan bergelar abhiseka nama sebagai Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.
Airlangga menyatukan kembali bekas kerajaan Medang setelah jatuh di bawah serangan Haji Wurawari dari Lwaram. Ia kemudian memerintahkan Mpu Kanwa untuk menggubah kakawin Arjunawiwaha yang menggambarkan keberhasilannya di dalam medan peperangan. Pada akhir masa pemerintahannya Airlangga membagi kerajaannya tersebut menjadi dua untuk kedua putranya yaitu kerajaan Panjalu dan kerajaan Janggala.