Kekhalifahan Abbasiyah | |||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||||||||||||||||||||||
![]() Kekhalifahan Abbasiyah pada ca 850 | |||||||||||||||||||||||||||||
Status | Kekhalifahan | ||||||||||||||||||||||||||||
Ibu kota | |||||||||||||||||||||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Bahasa Arab Klasik (administrasi pusat); berbagai bahasa daerah | ||||||||||||||||||||||||||||
Agama | Islam (resmi) | ||||||||||||||||||||||||||||
Demonim | Abbasiyah | ||||||||||||||||||||||||||||
Pemerintahan | Kekhalifahan herediter | ||||||||||||||||||||||||||||
Khalifah | |||||||||||||||||||||||||||||
• 750–754 | as-Saffah (pertama) | ||||||||||||||||||||||||||||
• 1242–1258 | al-Musta'shim (khalifah terakhir di Bagdad) | ||||||||||||||||||||||||||||
• 1261–1262 | Al-Mustansir II (khalifah pertama di Kairo) | ||||||||||||||||||||||||||||
• 1508–1517 | Al-Mutawakkil III (khalifah terakhir di Kairo) | ||||||||||||||||||||||||||||
Wazir | |||||||||||||||||||||||||||||
• 779–782 | Ya'qub bin Dawud | ||||||||||||||||||||||||||||
• 1258 | Ibnu al-Alqami | ||||||||||||||||||||||||||||
Sejarah | |||||||||||||||||||||||||||||
750 | |||||||||||||||||||||||||||||
• Berdirinya Bagdad | 762 | ||||||||||||||||||||||||||||
• Al-Ma'mun memenangkan perang saudara | 813 | ||||||||||||||||||||||||||||
• Berdirinya Samarra | 836 | ||||||||||||||||||||||||||||
861–870 | |||||||||||||||||||||||||||||
• Buwaihi menguasai Bagdad | 945 | ||||||||||||||||||||||||||||
• Abbasiyah mendeklarasikan kemerdekaan dari Seljuk | 1165 | ||||||||||||||||||||||||||||
1517 | |||||||||||||||||||||||||||||
Mata uang | |||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||
Sekarang bagian dari | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() | ||||||||||||||||||||||||||||
Kekhalifahan خِلافة |
---|
![]() |
![]() |
Kekhalifahan Abbasiyah (bahasa Arab: الْخِلَافَة الْعَبَّاسِيَّة, translit. al-Khilāfah al-ʿAbbāsiyyah) adalah kekhalifahan ketiga yang menggantikan nabi Islam Muhammad. Dinasti ini didirikan oleh dinasti keturunan paman Muhammad, Abbas bin Abdul Muthalib (566–653 M), yang merupakan asal muasal nama dinasti tersebut.[8] Setelah menggulingkan Kekhalifahan Umayyah dalam Revolusi Abbasiyah tahun 750 M (132 H), mereka memerintah sebagai khalifah yang berpusat di wilayah Irak modern (Mesopotamia), dengan Bagdad sebagai ibu kota mereka selama sebagian besar sejarah mereka.
Revolusi Abbasiyah berawal dan meraih keberhasilan pertama di wilayah timur Khurasan, jauh dari pusat pengaruh Umayyah di Levant.[9] Kekhalifahan Abbasiyah awalnya memusatkan pemerintahannya di Kufah, Irak modern, tetapi pada tahun 762 khalifah al-Mansur mendirikan kota Bagdad, dekat ibu kota Babilonia kuno, Babilonia, dan kota Sasaniyah, Tisfon. Bagdad menjadi pusat sains, budaya, seni, dan penemuan dalam apa yang kemudian dikenal sebagai Zaman Kejayaan Islam. Dengan menaungi beberapa lembaga akademis utama, termasuk Baitul Hikmah, serta lingkungan multietnis dan multiagama, ibu kota tersebut memperoleh reputasi internasional sebagai pusat pembelajaran. Periode Abbasiyah ditandai dengan penggunaan birokrat dalam pemerintahan, termasuk wazir, serta meningkatnya keterlibatan Muslim non-Arab dalam ummah (komunitas Muslim) dan di antara elit politik.[10][11]
Puncak kekuasaan dan prestise kekhalifahan secara tradisional dikaitkan dengan Harun ar-Rasyid (m. 786–809).[12][13] Setelah kematiannya, perang saudara membawa perpecahan baru dan diikuti oleh perubahan signifikan pada karakter negara, termasuk pembentukan tentara profesional baru yang direkrut terutama dari budak-budak Turk dan pembangunan ibu kota baru, Samarra, pada tahun 836. Abad ke-9 juga menyaksikan tren pertumbuhan otonomi provinsi yang melahirkan dinasti-dinasti lokal yang menguasai berbagai wilayah kekaisaran, seperti Aghlabiyyah, Thahiriyah, Samaniyah, Saffariyah, dan Thuluniyah. Setelah periode kekacauan pada tahun 860-an, kekhalifahan memperoleh kembali stabilitas dan kedudukannya dikembalikan ke Bagdad pada tahun 892.
Selama abad ke-10, kewenangan khalifah secara progresif dikurangi menjadi fungsi seremonial di dunia Islam. Kekuasaan politik dan militer malah dipindahkan ke Buwaihi Iran dan Turk Seljuk, yang masing-masing menguasai Bagdad pada tahun 945 dan 1055. Abbasiyah akhirnya mendapatkan kembali kendali Mesopotamia selama pemerintahan Khalifah al-Muqtafi (m. 1136–1160) dan memperluasnya ke Iran selama pemerintahan Khalifah an-Nashir (m. 1180–1225).[14] Kebangkitan ini berakhir pada tahun 1258 dengan pengepungan Bagdad oleh bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan dan eksekusi Khalifah al-Musta'shim. Garis penguasa Abbasiyah kembali memusatkan diri di ibu kota Mamluk, Kairo, pada tahun 1261. Meskipun tidak memiliki kekuatan politik, dengan pengecualian singkat Khalifah al-Musta'in, dinasti tersebut terus mengklaim otoritas agama hingga beberapa tahun setelah penaklukan Mesir oleh Utsmaniyah pada tahun 1517,[15] dengan khalifah Abbasiyah terakhir adalah al-Mutawakkil III.[16]
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "nb", tapi tidak ditemukan tag <references group="nb"/>
yang berkaitan