Perang Salib Kelima | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Salib | |||||||
![]() Para tentara Salib dari Frisia berhadapan dengan Menara Damietta di Mesir. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
|
| ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
![]() ![]() ![]() Kaykaus I ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() Pelagio Galvani |
![]() Al-Muazzam Al-Mujahid Al-Muzaffar Mahmud Al-Aziz Muhammad Bahramshah | ||||||
Kekuatan | |||||||
32.000 orang | Tak diketahui | ||||||
Korban | |||||||
Tak diketahui | Tak diketahui |
Perang Salib Kelima (1217–1221) adalah upaya kaum Eropa Barat untuk merebut kembali Yerusalem dan seluruh wilayah Tanah Suci lainnya dengan pertama-tama menaklukkan Dinasti Ayyubiyyah yang berkuasa di Mesir.
Paus Innosensius III dan penggantinya, Paus Honorius III, mengorganisir Tentara Salib yang dipimpin oleh Raja András II dari Hungaria dan Adipati Luitpold VI dari Austria; suatu serangan terhadap Yerusalem pada akhirnya menyebabkan kota itu tetap berada dalam kendali kaum Muslim. Kemudian pada 1218 sepasukan tentara Jerman yang dipimpin oleh Oliver dari Köln, dan sepasukan tentara campuran Belanda, Flandria, dan Frisia, yang dipimpin oleh Willem I, Comte Holandia bergabung dalam perang salib ini. Untuk menyerang Damietta di Mesir, mereka menjalin aliansi dengan Kesultanan Rûm Seljuk di Anatolia, yang mana melakukan penyerangan terhadap Dinasti Ayyubiyyah di Suriah, dengan maksud agar Tentara Salib tidak bertempur di dua front.
Setelah menduduki pelabuhan Damietta, para Tentara Salib bergerak ke selatan menuju Kairo pada bulan Juli 1221, tetapi kemudian berbalik setelah kekurangan perbekalan menyebabkan mereka terpaksa mengundurkan diri. Suatu serangan saat malam hari oleh Sultan Al-Kamil menyebabkan kerugian besar pada pihak Tentara Salib, dan akhirnya pasukan tersebut menyerah. Al-Kamil lalu menyepakati perjanjian damai selama delapan tahun dengan Eropa.