![]() |
Bagian dari seri tentang |
Gereja Katolik |
---|
![]() |
Ikhtisar |
![]() |
Sejarah Gereja Katolik adalah pembentukan, peristiwa-peristiwa, dan pertumbuhkembangan bersejarah Gereja Katolik dari masa ke masa.
Menurut tradisi Gereja Katolik, keberadaannya bermula pada Hari Pentakosta di sebuah kamar loteng di Yerusalem.[1] Tradisi Katolik memandang Gereja Katolik sebagai kelanjutan dari paguyuban Kristen purwa yang dibentuk oleh murid-murid Yesus. Gereja Katolik memandang uskup-uskupnya sebagai para pengganti rasul-rasul Yesus, dan memandang pucuk pimpinannya, yakni Uskup Roma (Sri Paus), sebagai satu-satunya pengganti Santo Petrus,[2] rasul yang berkiprah di Roma pada abad pertama Tarikh Masehi seseudah diangkat Yesus menjadi kepala Gereja.[3][4] pada penghujung abad ke-2, para uskup mulai bersidang dalam sinode-sinode tingkat regional demi menuntaskan berbagai macam permasalahan doktrinal maupun administratif.[5] Sejarawan Eamon Duffy berpendapat bahwa pada abad ke-3, Gereja di Roma mungkin saja berfungsi sebagai mahkamah agung bagi perkara-perkara doktrinal.[6]
Agama Kristen tersebar ke seantero wilayah Kekaisaran Romawi, kendati dianiaya karena bertentangan dengan kepercayaan pagan yang kala itu berstatus agama negara. Aniaya baru reda sesudah agama Kristen dilegalkan Kaisar Konstantinus I pada tahun 313. Pada tahun 380, agama Kristen Katolik ditetapkan Kaisar Teodosius I menjadi agama negara Kekaisaran Romawi. Agama Kristen menjadi agama negara Kekaisaran Romawi sampai Kekaisaran Romawi Barat runtuh, dan bertahan menjadi agama negara Kekaisaran Romawi Timur sampai kota Konstantinopel jatuh ke tangan bangsa Turki. Konsili Oikumene yang pertama sampai dengan yang ke-7 terselenggara semasa agama Kristen menjadi agama negara. Menurut sejarawan Gereja, Eusebius, ada lima keuskupan terkemuka ketika itu, yakni keuskupan Roma, keuskupan Konstantinopel, keuskupan Antiokhia, keuskupan Yerusalem, dan keuskupan Aleksandria, yang secara kolektif disebut Pentarki.
Pertempuran di Toulouse mampu mengekalkan eksistensi Gereja Katolik di belahan Dunia Barat, kendati Roma diluluhlantakkan pada tahun 850, dan Konstantinopel sudah terkepung. Pada abad ke-11, kerenggangan hubungan Gereja Yunani di Dunia Timur dengan Gereja Latin di Dunia Barat akhirnya bermuara pada Skisma Akbar. Salah satu pemicunya adalah sengketa seputar ruang lingkup kewenangan Uskup Roma. Perang Salib IV dan aksi penjarahan kota Konstantinopel yang dilakukan Laskar Salib membuat keterpecahan ini menjadi paripurna. Pada abad ke-16, Gereja Katolik menanggapi gerakan Reformasi Protestan dengan gerakan pembaharuan internal yang dikenal dengan sebutan Kontra Reformasi.[7] Pada abad-abad selanjutnya, agama Kristen Katolik menyebar ke segenap penjuru dunia, kendati mengalami penurunan jumlah pemeluk di Eropa akibat pertumbuhan agama Kristen Protestan dan merajalelanya sikap skeptis terhadap agama pada Abad Pencerahan maupun sesudahnya. Konsili Vatikan II, yang diselenggarakan pada dasawarsa 1960-an, adalah konsili yang menghasilkan perubahan-perubahan terpenting di bidang amalan Gereja Katolik sesudah Konsili Trente yang diselenggarakan empat abad sebelumnya.
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Norman81